Senin, 28 April 2008

Era Orientasi Lingkungan: Corporate Social Responsibility dan Lingkungan

Era Orientasi Lingkungan: Corporate Social Responsibility dan Lingkungan

MENGUBAH PERILAKU BERAWAL DARI KELUARGA

Hal yang sangat melekat dalam ingatan saya, Rasulullah (Nabi Muhammad SAW) pernah mengajarkan kepada kita yang isinya kira-kira begini …dakwah itu dimulai dari lingkungan yang paling kecil, yaitu keluarga. Mengubah perilaku dari yang negatif ke positif juga bagian dari da’wah, saya tentu kepingin keluarga saya memiliki prinsip-prinsip hidup yang positif, termasuk hal positif mengenai perilaku saya dan anggota keluarga dalam masalah lingkungan.
Terkait dengan masalah lingkungan itu bukan kita peduli kepada lingkungan, tetapi kita peduli kepada diri kita. Peduli pada lingkungan itu berarti lingkungan itu bukan bagian dari diri kita, kita peduli pada lingkungan karena kondisinya yang krisis, kita iba dengan keadaannya, ini terlalu lemah. Sebaliknya, jika kita peduli dengan diri kita “ I Care Myself” menunjukkan perasaan yang kuat, kita melihat rusaknya lingkungan sekitar menunjukkan rusaknya diri kita, terancamnya masa depan kita – Jika “I Care Myself” maka kita akan merubah perilaku hidup.
Istri saya bercerita tentang acara Oprah yang ditontonnya mengenai pengabdian sebuah kehidupan dari seekor beruang kutub yang menggali kuburannya karena tidak menemukan Es akibat efek pemanasan global. Ini merupakan kisah tragis, mungkinkah kita juga akan melakukan hal yang sama yaitu menggali tumpukan sampah untuk kuburan kita sendiri karena tidak ada lagi tempat yang tersisa tanpa sampah?
Istri saya berencana untuk memulai kebiasaan baru, yaitu: 1) membawa tas kain saat ke Supermarket sebagai tempat untuk barang-barang yang dibeli, sehingga istri saya tidak memerlukan kantong plastik. 2) istri saya akan menggantikan kerajang sampah yang terbuat dari plastik dan menggantikannya dengan ember plastik sisa cat, untuk mengganti penggunaan kantong plastik. 3) istri saya mulai memilih produk deterjen yang ramah lingkungan (menggunakan biodetergen) beberapa diterjen yang saya ketahui menggunakan biodeterjen antara lain adalah Surf (Unilever), Rinso (Unilever) dan Attack (Kao). Masing-masing menyebutkan bahan aktif saat dikemas adalah sebagai berikut; Rinso 58%, Surf 40%, dan Attack 30%. Saya tidak mengerti dengan angka-angka ini, apakah Attack lebih baik dari Rinso atau sebaliknya? Jika pada rokok kita dapat melihat perbedaan kualitasnya dari berapa banyak Tar yang ada pada masing-masing rokok, semakin rendah Tar-nya maka semakin kecil daya merusak pada kesehatan.
Perlu banyak bantuan dari media massa untuk menjelaskan hal ini, jika memang Attack lebih baik dari Rinso, maka Unilever harus mengembangkan teknologi produknya agar lebih rendah dari Attack, atau sebaliknya jika bahan aktif yang dikemas itu seharusnya yang lebih tinggi adalah yang terbaik bagi lingkungan, maka Attack harus berjuang keras untuk mengungguli Rinso.
Saya sendiri menyukai minuman ringan (softdrink), ada yang berubah dari saya, kini saya tidak lagi membeli coca cola atau minuman isotonic lainnya dalam kemasan kaleng, maksud saya sih untuk mengurungi sampah kaleng. Seandainya Coca cola company mau membeli kaleng coca cola seharga 200 rupiah, tentu saya akan mengumpulkan kaleng kemasan coca cola untuk diberikan kepada coca cola bukan karena Rp. 200,- nya tapi karena upaya pengendalian limbah kalengnya.
Apakah anda memiliki perilaku baru yang positif untuk lingkungan, mohon komentarnya, terima kasih